Kamis, 28 Juli 2011

Asuransi Syariah Indonesia Dapat Lewati Malaysia

Pertumbuhan asuransi syariah di Indonesia diperkirakan bisa melampaui pertumbuhan di Malaysia. Menurut Takaful Practice Leader dan Consulting Actuary Milliman, Safder Jaffer, dengan pertumbuhan makro ekonomi yang baik, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil.

Meski demikian, regulator harus memberi dukungan penuh pada industri ini. "Harus ada frame work regulator yang solid," kata Safder dalam International Conference Syariah Insurance in Indonesia, "New Growth Opportunity Within the World's Largest Muslim Population Country", di Jakarta pekan lalu.

Menurutnya, peraturan regulator di Indonesia harus jelas dan tidak bertele-tele serta menyediakan layanan untuk mendorong para pelaku asuransi syariah. "Kalau perlu, regulator membuat aturan tentang kapan unit harus diubah menjadi perusahaan yang berdiri sendiri," jelas Safder.

Selain itu, ia mengatakan, sinergi antara regulator, ulama, dan industri juga harus dibina. Menurutnya, hal ini bisa meminimalisasi perbedaan pendapat antara para pemegang kepentingan di asuransi dan mempercepat pertumbuhan inovasi produk asuransi syariah.

"Malaysia sudah melakukan ini," ujar Safder. Jadi, ia berpendapat tidak ada alasan untuk Indonesia mengulur-ulur waktu.

Safder menuturkan, jika Indonesia melakukan ini, perkembangan asuransi syariah yang melesat akan amat terlihat empat hingga lima tahun ke depan. Safder mengatakan, ada potensi asuransi syariah Indonesia mulai mendekati pencapaian Malaysia.

Meski mengaku belum memiliki data resmi, Safder mengatakan premi asuransi bisa mendekati satu miliar dolar AS. "Kita memperkirakan untuk Malaysia, mereka akan meningkat premi sekitar 40 sampai 60 persen," katanya. Kini, total premi industri asuransi syariah di negeri jiran sebesar 200 juta dolar AS.

Hal senada diutarakan Partner Head of International Business Development FWU AG, Sohail Jaffer. Ia mengatakan, kemitraan dengan bank syariah melalui bancassurance bisa dimanfaatkan sebagai channel distribusi dalam mengembangkan asuransi syariah di Tanah Air.

Sohail menilai kerja sama ini bakal menuntungkan. Selain peran bank yang menjadi satu toko yang melayani kebutuhan pembiayaan, produk asuransi syariah menjadi murah dibanding konvensional dan metode pembayaran menjadi mudah karena langsung dari akun di perbankan.

"Contoh sukses ini sudah dicoba di beberapa negara," katanya. Di Malaysia, misalnya, bancassurance meningkatkan pendapatan asuransi syariah dalam empat tahun menjadi 32 persen dari 6,5 persen.

Dari prediksi Milliman, secara global pertumbuhan premi asuransi syariah dunia bisa mencapai 4,3 miliar dolar AS di 2015. Di 2011 ini, premi asuransi syariah global tercatat tumbuh hingga 2,1 miliar dolar AS dari 2010 lalu sebesar 1,7 dolar AS.

Asia Tenggara diperkirakan menjadi pemimpin pasar. Tiga negara akan menjadi pemain utama, yakni Malaysia, Indonesia, dan Brunei.

Meski demikian, pertumbuhan di Asia Tenggara bakal sangat bergantung pada pasar asuransi syariah India. Khusus untuk Timur Tengah, diperkirakan pertumbuhan bakal berlangsung konservatif seiring tren penurunan premi asuransi syariah yang terjadi di Arab Saudi.

Dari data Badan Penyelenggara Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), pada Maret 2011, premi asuransi syariah Tanah Air meningkat 35,7 persen dari sebelumnya Rp 3,2 triliun. Pasar asuransi syariah baru sebesar tiga persen.

Hanya ada tiga asuransi jiwa dan dua asuransi umum yang beroperasi penuh sebagai perusahaan asuransi syariah. Sedangkan sisanya berupa unit dalam bisnis konvensional.

Sementara itu, menurut Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Shaifie Zein, pertumbuhan asuransi syariah Tanah Air bakal terus tumbuh satu hingga 1,5 persen per tahun. Namun sayangnya, ia belum bisa memprediksi pasti berapa peningkatan market.ed: firkah fansuri

http://republika.co.id

Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih. komentar Anda sangat berharga bagi saya